Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ’ala Rosulillah wa ’ala
alihi wa shohbihi ajma’in.
Beberapa kesempatan yang lalu
Rumaysho.com memuat artikel mengenai tafsir dan fadhilah surat Al Ikhlas. Pada
kesempatan kali ini, kami akan membahas waktu yang dianjurkan membaca surat Al
Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.
Pertama: waktu pagi dan
sore hari.
Pada waktu ini, kita dianjurkan
membaca surat Al Ikhlash bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat
An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah:
akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia
berkata,
خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ
« أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ
شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ».
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ
مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada malam hujan lagi gelap gulita
kami keluar mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, “Apakah kalian
telah shalat?” Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah“.
Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah“.
Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah“.
Hingga aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah
(bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A’UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A’UDZU
BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat
ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan.” (HR. Abu Daud no.
5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur.
Pada waktu ini, kita dianjurkan
membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan
kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini.
Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu
dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi
diulang sebanyak tiga kali.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا أَوَى
إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ
فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ
( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ
جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ
جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua
telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul
huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al
Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau
mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang
demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan
wirid untuk penyembuhan ketika sakit).
Bukhari membawakan bab dalam
shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di
atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ
بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ
بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ
فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur,
beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD
(surat Al Ikhlas) dan Mu’awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian
beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata,
“Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika
beliau hendak tidur, -pen).” (HR. Bukhari no. 5748)
Jadi tatkala meruqyah, kita
dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih
dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah
tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada
anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian
depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam).
Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq
dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat
(sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat
adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah
fajar (qobliyah shubuh).
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca
bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah
membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتِ السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا
الكَافِرُوْنَ
“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika
dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan
Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273.
Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih.
Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan
hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.
Keenam: dibaca ketika
mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib.
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca
bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah
membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ
قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ
“Aku tidak dapat menghitung
karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat
dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun)
dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca ketika
mengerjakan shalat witir tiga raka’at.
Ketika itu, surat Al A’laa dibaca
pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlash
pada raka’at ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau
berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang
dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al
Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ
كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى
الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa),
pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada
raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat
Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad
6/227)
Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al
mu’awwidzatain.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا
أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca
Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al
Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423
dan An Nasai no. 1730)
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ
يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ .وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ
وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di
dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad
dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni,
1/831)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا
إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada
perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin
Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal,
6/227)
Jadi yang tepat dalam masalah ini,
bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at
kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa
mu’awwidzatain).
Namun bacaann ketika witir ini
sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat
lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,
والظاهر أنه يكثر من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة
غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari hadits yang ada,
hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan.
Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam
tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang
wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)
Kedelapan: dibaca ketika
mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at
pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada
raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ
لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal
kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij
Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika shalat dua rak’at di belakang
maqom Ibrahim setelah thowaf.
Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu
yang amat panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان
يقرأ في الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : (
قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
“Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau
laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca
Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al
Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal
kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).”
(Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, hal. 56)
Semoga sajian ini bermanfaat dan
bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa
shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar