Segala puji bagi Allah yang telah
menurunkan al-Qur’an kepada hambaNya agar menjadi pemberi peringatan kepada
sekalian umat dan menganugerahinya hikmah serta ilmu tentang sesuatu yang Ia
kehendaki. Dan barangsiapa dianugerahi hikmah, maka benar-benar mendapat
keberuntungan yang melimpah.
Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Nabi,
Aku utus Engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan penyeru kepada (agama)
Allah serta sebagai pelita yang menyinari.” (QS. al- Ahzab ayat 45-46)
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana,
peringatan yang baik dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik. Sesungguhnya
Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dia Maha
Mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah.” (QS. an-Naml ayat 125).
“Maka berilah kabar gembira
hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang paling baik
darinya. Merekalah orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah dan merekalah
orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. az-Zumar ayat 17-18).
“Dan katakanlah: Segala puji bagi
Allah yang tak beranakkan seorang anakpun, tak mempunyai sekutu penolong karena
ketidakmampuan. Dan agungkanlah seagung-agungnya.” (QS. al-Kahfi ayat 111).
“Dan sesungguhnya inilah jalanKu
(agamaKu) yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan ikuti berbagai jalan (yang
lain) nanti akan mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Demikianlah Allah
memerintahkan agar kamu semua bertaqwa.” (QS. al-An’am ayat 153).
“Wahai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul serta Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika
kamu berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada
Allah dan Rasul kalau kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian.
Yang demikian itu lebih bagus dan lebih baik kesudahannya.” (QS. an-Nisa’ ayat
59).
“Maka orang-orang yang beriman
kepadaNya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. al-A’raf ayat 157).
“Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar) berdo’a: Ya Tuhan ampunilah kami dan
saudara-saudara kami yang telah mendahului kami beriman dan janganlah Engkau
jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan
kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hasyr ayat
10).
“Wahai manusia, sesungguhnya Aku
telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada
Allah diantara kamu semua.” (QS. al-Hujurat ayat 13).
“Sesungguhnya yang takut kepada
Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah Ulama.” (QS. al-Fathir ayat 58)
“Diantara orang-orang yang mukmin
ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, lalu
diantara mereka ada yang gugur dan diantara mereka ada yang menunggu, mereka
sama sekali tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab ayat 23).
“Wahai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kamu kepada Allah dan beradalah kamu bersama orang-orang yang
jujur.” (QS. at-Taubah ayat 119).
“Dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepadaKu.” (QS. Luqman ayat 15).
“Maka bertanyalah kamu kepada
orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Anbiya’ ayat 7).
“Adapun orang-orang yang dalam hati
mereka terdapat kecenderungan menyeleweng, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang
mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Sedangkan
orang-orang yang mendalam ilmunya mereka mengatakan: “Kami beriman kepada
ayat-ayat mutasyabihat itu, semuanya dari sisi Tuhan kami.” Dan orang-orang
yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (dari padanya).” (QS. Ali
Imron ayat 7).
“Barangsiapa menentang Rasul setelah
petunjuk jelas padanya dan dia mengikuti selain ajaran-ajaran orang mukmin, maka
Aku biarkan ia menguasai kesesatan yang telah dikuasainya (terus bergelimang
dalam kesesatan) dan Aku masukkan ke neraka jahanam. Dan neraka jahanan itu
adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’ ayat 115).
“Takutlah kamu semua akan fitnah yang
benar-benar tidak hanya khusus menimpa orang-orang dzalim diantara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allah sangat dahsyat siksaNya.” (QS. al-Anfal ayat 25).
“Janganlah kamu bersandar kepada
orang-orang dzalim, maka kamu akan disentuh api neraka.” (QS. al-Hud ayat 113).
“Wahai orang-orang yang beriman
jagalah diri-diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, di atasnya berdiri Malaikat-malaikat yang kasar,
keras, tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.” (QS.
at-Tahrim ayat 6).
“Dan janganlah kamu seperti
orang-orang yang mengatakan: “Kami mendengar”, padahal mereka tidak mendengar.”
(QS. al-Anfal ayat 21).
“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk
melata, menurut Allah, ialah mereka yang tuli (tidak mau mendengar kebenaran)
dan bisu (tidak mau bertanya dan menuturkan kebenaran) yang tidak berpikir.”
(QS. al-Anfal ayat 22).
“Dan hendaklah ada di antara kamu,
segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali
Imran ayat 104).
“Dan saling tolong menolong kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa; janganlah tolong menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah sangat dahsyat siksaNya.” (QS. al-Maidah ayat 2).
“Wahai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu serta berjaga-jagalah (menghadapi
serangan musuh di perbatasan). Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Ali Imran ayat 200).
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah dan jangan kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat
Allah yang dilimpahkan kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan lalu Allah
merukunkan antara hati-hati kamu, kemudian kamu pun (karena nikmatnya) menjadi
orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran ayat 103).
“Dan janganlah kamu saling
bertengkar, nanti kamu jadi gentar dan hilang kekuatanmu dan tabahlah kamu.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang tabah.” (QS. al-Anfal ayat 46).
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah, supaya kamu dirahmati.” (QS. al-Hujurat ayat 10).
“Kalau mereka melakukan apa yang
dinasehatkan kepada mereka, niscaya akan lebih baik bagi mereka dan memperkokoh
(iman mereka). Dan kalau memang demikian, niscaya Aku anugerahkan kepada mereka
pahala yang agung dan Aku tunjukkan mereka jalan yang lurus.” (QS. an-Nisa’
ayat 66-68).
“Dan orang-orang yang berjihad dalam
(mencari) keridhaanku, pasti Aku tunjukkan mereka jalanKu, sesungguhnya Allah
benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut ayat 69).
“Sesungguhnya Allah dan
Malaikat-malaikat bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman
bersalawatlah kamu untuknya dan bersalamlah dengan penuh penghormatan.” (QS.
al-Ahzab ayat 56). “… Dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka (Muhajirin
dan Anshar) dengan baik, Allah ridla kepada mereka.”
Amma Ba’du. Sesungguhnya pertemuan
dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan hal yang tidak
seorangpun tidak mengetahui manfaatnya. Betapa tidak. Rasulullah Saw.
benar-benar telah bersabda:
“Yad Allah bersama jama’ah. Apabila
diantara jama’ah itu ada yang memencil sendiri, maka syaitan pun akan
menerkamnya seperti halnya serigala menerkam kambing. Allah ridha pada kamu
tiga hal dan tidak suka tiga hal. Allah ridha kamu menyembahNya dan tidak
menyekutukanNya dengan sesuatu apapun; Kamu semua berpegang teguh kepada tali
(agama) Allah seluruhnya dan jangan bercerai-berai; dan Kamu saling memperbaiki
dengan orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu. Dan Allah membenci
bagi kamu, saling membantah, banyak tanya dan menyia-nyiakan harta benda.
Jangan kamu saling dengki, saling menjerumuskan, saling bermusuhan, saling membenci
dan jangan sebagian kamu menjual atas kerugian jualan sebagian yang lain dan
jadilah kamu, hamba-hamba Allah, bersaudara.” (H.R. Muslim).
Dikatakan dalam sebuah syair: “Suatu
ummat bagai jasad yang satu. Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya.
Setiap anggota punya tugas dan perannya.”
Seperti dimaklumi, manusia mesti
bermasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab tidak mungkin seorangpun
sendirian dalam memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Dia mau tidak mau
dipaksa bermasyarakat, berkumpul yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak
keburukan dan ancaman bahaya daripadanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin
satu dengan yang lain, saling bantu menangani satu perkara dan seiya-sekata
adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat
bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang.
Berapa banyak negara-negara yang
menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan
jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat
lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan
sebab dan sarana paling ampuh.
Rasulullah Saw. telah
mempersaudarakan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling kasih, saling
menyayangi dan saling menjaga hubungan), tidak ubahnya satu jasad; apabila
salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, seluruh jasad ikut merasa demam dan
tidak dapat tidur.
Itulah sebabnya mereka menang atas
musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit. Mereka tundukkan raja-raja. Mereka
taklukkan negeri-negeri. Mereka buka kota-kota. Mereka bentangkan payung-payung
kemakmuran. Mereka bangun kerajaan-kerajaan. Dan mereka lancarkan jalan-jalan.
Firman Allah dalam al-Qur’an: “Dan
Aku telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” (QS.
al-Kahfi ayat 84).
Benarlah kata penyair yang
mengatakan dengan bagusnya: “Berhimpunlah anak-anakku bila kegentingan datang
melanda. Jangan bercerai-berai sendiri-sendiri. Cawan-cawan enggan pecah bila
bersama. Ketika bercerai satu-satu pecah berderai.”
Sayyidina Ali Kw. berkata: “Dengan
perpecahan tak ada satu kebaikan dikaruniakan Allah kepada seseorang, baik dari
orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang belakangan.”
Sebab, satu kaum apabila hati-hati
mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak
akan melihat sesuatu tempat pun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah
bangsa bersatu, tapi hanya individu-individu yang berkumpul dalam arti jasmani
belaka. Hati dan keinginan-keinginan bereka saling berselisih. Engkau mengira
mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda.
Mereka telah menjadi seperti kata
pepatah: “Kambing-kambing yang berpencaran di padang terbuka. Berbagai binatang
buas telah mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap selamat, mungkin karena
binatang buas belum sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat akan sampai
kepada mereka) atau karena saling berebut, telah menyebabkan binatang-binatang
buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka. Lalau sebagian mengalahkan
yang lain. Dan yang menangpun akan menjadi perampas dan yang kalah menjadi
pencuri. Si kambingpun jatuh antara si perampas dan si pencuri.”
Perpecahan adalah penyebab
kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal
kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab
kehinaan dan kenistaan. Betapa banyak keluarga-keluarga besar semula hidup
dalam keadaan makmur, rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai suatu ketika
kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati mereka
dan syaitanpun melakukan perannya, mereka kucar-kacir tak keruan. Dan
rumah-rumah mereka runtuh berantakan.
Sahabat Ali Kw. berkata dengan
fasihnya: “Kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan perpecahan dan
kebatilan sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan kekompakan.”
Singkat kata siapa yang melihat pada
cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ikhwal bangsa-bangsa
dan pasang surut zaman serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada
saat-saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah menggelimang
mereka, kebangggan yang pernah mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah
menjadi perhiasan mereka tidak lain adalah karena berkat apa yang secara kukuh
mereka pegang, yaitu mereka bersatu dalam cita-cita, seia sekata, searah
setujuan dan pikiran-pikiran mereka seiring. Maka inilah factor paling kuat
yang mengangkat martabat dan kedaulatan mereka, dan benteng paling kokoh bagi
menjaga kekuatan dan keselamatan ajaran mereka.
Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat
apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan kepala, menghormati mereka karena
wibawa mereka. Dan merekapun mencapai tujuan-tujuan mereka dengan gemilang.
Itulah bangsa yang mentarinya dijadikan Allah tak pernah terbenam senantiasa
memancar gemilang. Dan musuh-musuh mereka tak dapat mencapai sinarnya.
Wahai ulama dan para pemimpin yang
bertaqwa di kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah dan keluarga madzhab imam empat;
Anda sekalian telah menimba ilmu-ilmu dari orang-orang sebelum Anda,
orang-orang sebelum Anda menimba dari orang-orang sebelum mereka, dengan jalan
sanad yang bersambung sampai kepada Anda sekalian, dan Anda sekalian selalu
meneliti dari siapa Anda menimba ilmu agama Anda itu.
Maka dengan demikian, Anda sekalian
adalah penjaga-penjaga ilmu dan pintu gerbang ilmu-ilmu itu. Rumah-rumah tidak
dimasuki kecuali dari pintu-pintu. Siapa yang memasukinya tidak melalui
pintunya, disebut pencuri.
Sementara itu segolongan orang yang
terjun ke dalam lautan fitnah; memilih bid’ah dan bukan sunnah-sunnah Rasul dan
kebanyakan orang mukmin yang benar hanya terpaku. Maka para ahli bid’ah itu
seenaknya memutarbalikkan kebenaran, memungkarkan makruf dan memakrufkan
kemungkaran. Mereka mengajak kepada kitab Allah, padahal sedikitpun mereka
tidak bertolak dari sana. Mereka tidak berhenti sampai di situ, malahan mereka
mendirikan perkumpulan pada perilaku mereka tersebut. Maka kesesatan semakin
jauh. Orang-orang yang malang pada memasuki perkumpulan itu.
Mereka tidak mendengar sabda
Rasulullah Saw.: “Maka lihat dan telitilah dari siapa kamu menerima ajaran
agamamu itu. Sesungguhnya menjelang hari kiamat, muncul banyak pendusta.
Janganlah kamu menangisi agama ini bila ia berada dalam kekuasaan ahlinya.
Tangisilah agama ini bila ia berada di dalam kekuasaan bukan ahlinya.”
Tepat sekali sahabat Umar bin
Khattab Ra. ketika berkata: “Agama Islam hancur oleh perbuatan orang munafiq
dengan al-Qur’an.”
Anda sekalian adalah orang-orang
yang lurus yang dapat menghilangkan kepalsuan ahli kebathilan, penafsiran orang
yang bodoh dan penyelewengan orang-orang yang over acting; dengan hujjah Allah,
Tuhan semesta alam, yang diwujudkan melalui lesan orang yang ia kehendaki.
Dan Anda sekalian kelompok yang
disebut dalam sabda Rasulullah Saw.: “Anda sekelompok dari umatku yang tak
pernah bergeser selalu berdiri tegak diatas kebenaran, tak dapat dicederai oleh
orang yang melawan mereka, hingga datang putusan Allah.”
Marilah Anda semua dan segenap
pengikut Anda dari golongan para fakir miskin, para hartawan, rakyat jelata dan
orang-orang kuat, berbondong-bondong masuk Jam’iyyah yang diberi nama
“Jam’iyyah Nahdlatul Ulama” ini. Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang,
rukun, bersatu dan dengan ikatan jiwa raga.
Ini adalah jam’iyyah yang lurus,
bersifat memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di mulut orang-orang yang
baik dan getir di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini
hendaklah Anda sekalian saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik, dengan
petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantah.
Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar
bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang.
Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila
fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku dicaci maki, maka
hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barangsiapa tidak berbuat
begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.”
Allah Swt. berfirman: “Dan saling
tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa kepada Allah.”
Sayyidina Ali Kw. berkata: “Tak
seorang pun (betapapun lama ijtihadnya dalam amal) mencapai hakikat taat kepada
Allah yang semestinya. Namun termasuk hak-hak Allah yang wajib atas hamba-hamba
Nya adalah nasehat dengan sekuat tenaga dan saling bantu dalam menegakkan
kebenaran di antara mereka.”
Tak seorangpun (betapapun tinggi
kedudukannya dalam kebenaran, dan betapapun luhur derajat keutamaannya dalam
agama) dapat melampaui kondisi membutuhkan pertolongan untuk memikul hak Allah
yang dibebankan kepadanya. Dan tak seorangpun (betapa kerdil jiwanya dan
pandangan-pandangan mata merendahkannya) melampaui kondisi dibutuhkan
bantuannya dan dibantu untuk itu. Tak seorangpun betapa tinggi kedudukannya dan
hebat dalam bidang agama dan kebenaran yang dapat lepas tidak membutuhkan
bantuan dalam melaksanakan kewajibannya terhadap Allah, dan tak seorangpun
betapa rendahnya, tidak dibutuhkan bantuannya atau diberi bantuan dalam
melaksanakan kewajibannya itu.
Tolong menolong atau saling bantu
pangkal keterlibatan umat-umat. Sebab kalau tidak ada tolong menolong, niscaya
semangat dan kemauan akan lumpuh karena merasa tidak mampu mengejar cita-cita.
Barang siapa mau tolong menolong dalam persoalan dunia dan akhiratnya, maka
akan sempurnalah kebahagiaannya, nyaman dan sentosa hidupnya.
Sayyidina Ahmad bin Abdillah
as-Saqqaf berkata: “Jam’iyyah ini adalah perhimpunan yang telah menampakkan
tanda-tanda menggembirakan, daerah-daerah menyatu, bangunan-bangunannya telah
berdiri tegak, lalu kemana kamu akan pergi? Ke mana?”
Wahai orang-orang yang berpaling,
jadilah kamu orang-orang pertama, kalau tidak orang-orang yang menyusul (masuk
jam’iyyah ini). Jangan sampai ketinggalan, nanti suara penggoncang akan
menyerumu dengan goncangan-goncangan.
“Mereka (orang-orang munafiq itu)
puas bahwa mereka ada bersama orang-orang yang ketinggalan (tidak masuk ikut
serta memperjuangkan agama Allah). Hati mereka telah dikunci mati, maka mereka
pun tidak bias mengerti.” (QS. at-Taubah ayat 17).
“Tiada yang merasa aman dari adzab
Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (QS. al-A’raf ayat 99).
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau memberi hidayah kepada
kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau Maha
Pemberi anugerah.” (QS. Ali Imran ayat 8).
“Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami, hapuskanlah dari diri-diri kami kesalahan-kesalahan kami dan
wafatkan kami beserta orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali Imran ayat 193).
“Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami
apa yang Engkau janjikan kepada kami melalui utusan-utusanMu dan jangan hinakan
kami pada hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (QS.
Ali Imran ayat 194).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar